KITAB AL BULGHOH MENJADI MODAL SEBUAH PERJUANGAN MENJADI SANTRI KARANGANYAR
- alhasanahboardings
- Feb 4
- 3 min read

Kitab Al bulghoh sudah tidak asing lagi di telinga para santri karang anyar dengan nama buku ini. Ketebalan halaman memang tidak seberapa, namun untuk kita menalar setiap bacaannya sangat sulit sekali bagi santri yang pertama kali memegangnya.
Al bulghoh ini salah satu maha karya yang disusun oleh Kyai Cikalongwetan yaitu KH. Muhammad Ridwan. Buku ini menjadi penunjang para santri karang anyar yang baru masuk pondok.
Penulis menysun buku ini yaitu untuk memudahkan mengikuti pembelajaran kedepannya dan terutama membiasakan mengamalkan doa-doa untuk kegiatan semasa di pondok, nah maka dari itu, Isi dari buku ini berupa :
• Dzikir subuh
• Asmaul Husna
• Do'a saatos ngaos subuh
• Sayyidul Istighfar
• Do'a ngawitan ngaos
• Kifaratul Majlis
• Do'a Sujud Syukur
• Do'a ngalongok nu teu damang
• Do'a malem jum'at
Bacaan-bacaan tersebut yang harus di amalkan di waktu tertentu dan beberapa do’a harus di hafal. Beliau menyusun dan mengumpulkan bacaan dalam buku ini sangat sederhana agar mudah dihafal oleh para santri kemudian di amalkan.
Lalu, yang menarik yaitu terdapat berbagai macam pengalaman perjuangan santri dalam menghafal setiap bacaan. Disini santri baru yang menjadi tokoh dalam perjuangan tersebut, karena dari buku inilah mereka dapat melanjutkan ke kelas selanjutnya.
Dengan buku ini santri baru dituntut untuk belajar menghafal dan megingat hafalannya dengan di ulang-ulang. Sebagian santri merasa kesulitan di bagian asmaul husna meskipun dihafal dengan metode dicicil santri masih kesulitan mengingat hafalan yang sudah di hafal sebelumnya, bahkan sampai ada yang masih belum lancar kemudian hafalannya masih sedikit.
Disanalah proses paling mengesankan dan pastinya paling menjengkelkan karena sampai pada tahap ujian, ada yang masih di ulang. Yang sudah pernah ada di posisi ini pasti teringat masa-masa dulu saat pertama masuk pondok. Atau bahkan prosesnya lebih mengesankan .
Bacaannya memang seperti tak seberapa, ketika melihat sekejap kita pasti beranggapan “Ah, biasa saja ketimbang ngehafal bacaan gini aku juga sering waktu di kampung”. Padahal saat kita sudah menghafalnya bahkan sampai seperti sudah masuk ke dalam buku tersebut sangat sulit sekali.
Mengapa bisa sesulit itu? dan seberat itu prosesnya?
Ada beberapa kunci dari sebuah pengalaman :
1. Biasakan membaca
Karena, seperti yang dikataka oleh pepatah seorang mudarisah yang mengabdi betahun-tahun di pesantren “sabenerna samemeh di apalkeun teh kudu di baca heula, nepi ka urang lancar macana”.
2. Sabar
Disini pasti yang paling susah, padahal poin ini menjadi kunci dari apa yang kita hafal untuk kedepannya seperti yang dikatakan oleh guru tercinta Ibu Hj.Hanhan “Sabar, ngaji cing bener. Yakin bakal meunang elmu nu manfaat” yang jika di artikan “Sabar, belajar dengan sungguh. Pasti akan mendapat ilmu yang bermanfaat”. Menandakan bahwa kita harus yakin walaupun dengan proses yang sulit pasti akan bermanfaat untuk kita dimasa yang akan datang.
3.Ikhlas
Ini merupan poin terakhir yang akan memudahkan kita melakukan poin sebelumnya. karena dengan ikhlas semua yang kita lakukan tidak akan pernah sia-sia. Jika kita senang melakukannya ikhlas pasti sudah ada di dalamnya.
Itulah tiga kunci juga motivasi dari guru kita. dari perjuangan menghafal al bulghoh banyak sekali ibrah yang bisa kita petik untuk menjadi santri yang sesungguhnya. Sungguh, sangat karya penulis sangat bermanfaat sekali untuk menambah amalan-amalan kita dalam menuntut ilmu. Tulisannya menjadi pelengkap kita untuk lebih semangat lagi dalam menjadi sosok manusia yang bermanfaat di dunia juga di akhirat.
Semangat untuk para Santri, Semoga Mendapatkan Ridho Ilahi
Semoga Bermanfaat
Untuk mendapatkan informasi terbaru silahkan bergabung dengan saluran WA kami
תגובות