Sekilas Tentang Buku Fardu Ain Bab Susuci Susunan KH. Muhammad Ridwan
- alhasanahboardings
- Feb 1
- 2 min read

Buku ini merupakan salahsatu buku susunan KH. Muhammad Ridwan. Dari puluhan buku yang beliau susun, penulis tertarik untuk membahas buku terlebih dahulu dengan beberapa alasan :
Pertama, Kesucian itu merupakan kunci segala ibadah. Betapapun hebatnya bacaan Al-Quran, tapi syarat untuk membacanya harus dalam keadaan suci.
Kedua, Suci itu bukan sebuah ritualitas, tapi merupakan situasi dan kondisi.
Ketiga, Ingin mengetahui bagaimana cara pandang beliau terhadap kebersihan
Keempat, Mengharapkan keberkahan dari beliau, dengan perantara membaca dan membahas buku ini.
Buku ini diterbitkan pada tahun 1989. Artinya usia buku ini sudah 36 tahun. Yang istimewa adalah sampai sekaran buku ini menjadi buku pegangan wajib bagi para santri yang mondok di Pesantren Al-Islamiyyah. Sebelum mengkaji kitab sumber yang lebih tinggi yang berbahasa arab, para santri diwajibkan untuk mempelajari buku ini. Selama 36 tahun buku ini terus digunakan oleh para santri dan bahkan disebarluaskan oleh para santri yang telah mukim dari pondok, di daerahnya masing-masing.
Isi dari buku ini meliputi 4 hal,
1. Menerangkan tentang bersuci itu sendiri
2. Wudu
3. Mandi Wajib (Adus)
4. Tayamum
Bahasa dalam buku ini menggunakan bahasa sunda yang sesuai dengan aturan tata bahasanya yang mudah difahami bagi para pengkajinya. Dan secara tidak langsung kita belajar memahami bahasa sunda itu sendiri.
Latar belakang disusunnya buku ini beliau membaca situasi dan kondisi masyarakat khususnya di cikalongwetan, ternyata masih banyak masyarakat yang belu tahu tentang Fardu Ain. Memang pengajian atau majlis ta’lim sudah ada bahkan banyak, tetapi tidak adanya buku pegangan sebagai patokan dalam bahasan pengajian.
Bukan berarti nilai keberkahan pengajian itu tidak ada, tapi alangkah baiknya jika nilai keberkahan yang didapatkan dari pengajian disempurnakan dengan penguasaan materi yang baik. Salah satu usahany yaitu dengan adanya buku pegangnan sebelum membaca kitab utama yang rata-rata berbahasa arab, yang mana tidak seluruh masyarakat dapat membacanya. Latar belakang itu termuat dalam kata pengantar yang terdapat di awal buku Fardu Ain Bab Susuci.
Dalam ungkapan yang lain, beliau memperlihatkan betapa tawadunya beliau dalam menyikapi keilmuan yang beliau miliki. Yang termuat dalam ungkapan beliau yang berbahasa sunda
“Padalah mah sim kuring teh jalmi laip sareng bodo taya kanyaho, kersaning Alloh hayoh bet ditunjuk sok warak wuruk alip alipan ka barudak, tayohna dianggap ngartos"
Ilmu pada terlihat pada ungkapan tersebut. Betapa luhurnya tingkat keilmuan beliau, ungkapan “Laip dan Bodo taya kanyaho” artinya beliau sudah tidak ada lagi pengakuan terhadap kepemilikan ilmu, karena pada hakikatnya manusia itu bodoh, adapun pengetahuan itu murni milik Alloh SWT. Semua yang terjadi semua yang kita miliki semata-mata kehendak Allah SWT.
Dalam ungkapannya yang lain, secara tidak langsung mengajarkan kita untuk senantiasa pasrah kepada Allah SWT. “Jumlahna mah sumerah diri ka Gusti Alloh ti wiwitan, salebet garapan dumugi ka wekasan”
Sungguh terkandung nilai philosopis yang terkandung dalam ungkapan diatas. Makna wiwitan ialah asal mula penciptaan manusia, makna garapan ialah perjalanan hidup manusia di dunia, sedangkan makna wekasan ialah akhir dari perjalanan manusia.
Inilah menurut penulis makna kesucian yang sebenarnya. Buku ini tidak semata membahas kesucian lahiriah saja, tapi dari kesucian lahiriah itu harus mampu menembus pada kesucian batiniah. Yang dimaksud kesucian batiniah adalah pasrah kepada Allah SWT. Asal dari Allah, Hidup oleh Allah dan kembali kepada Allah. Sungguh ungkapan yang syarat akan makna.
Untuk mendapatkan informasi terbaru silahkan bergabung dengan saluran WA kami
Comments