Sekilas Tentang Pondok Pesantren Al-Islamiyyah Karanganyar Cikalongwetan Bandung Barat
- alhasanahboardings
- Feb 6
- 2 min read

Pesantren Al-Islamiyyah didirikan oleh KH Muhammad Ridwan atas dasar keyakinan yang kuat dan harapan yang jauh kedepan demi terwujudnya fasilitas lembaga pendidikan islam di daerah Cikalongwetan.
Pesantren Al-Islamiyyah didirikan pada tahun 1969 lebih tepatnya 20 April 1969. Al-Mukarom Kiai Haji Muhammad Ridwan mulai merintis pesantren di Cidaplang kemudian berpindah tempat ke Cikalongwetan tempat berdirinya pesantren sekarang ini.
Pesantren Al-Islamiyah berawal dari pengembangan pesantren yang berasal dari Cidaplang dengan masjid yang bernama Al-Muhlisin. Karena tempatnya yang kurang baik untuk perkembangan dan kebutuhan yang jauh dari kebutuhan maka pada tahun 1969 berpindah ke kampung Karanganyar Cikalongwetan tempat beradanya pesantren sekarang ini. Perpindahan ini dimaksudkan agar memudahkan dalam perkembangan dan usaha dalam pembangunan Pesantren.
Dengan izin dari seorang ayah dan ibu KH Muhammad Ridwan mulai merintis pondok pesantren di Cikalongwetan. Yang pertamakali dibangun didaerah pesantren adalah masjid sebagai salah satu sunnah cara Rasul dalam membangun lingkungan Islam.
Kemudian, rumah, madrasah sebelah atas masjid dan pondok bagi santri yang masih terbuat dari bambu dahulu disebut dengan palupuh. Bahkan pada saat awal pembangunan pesantren rumah Kiai berpindah tiga kali. Pada awal tahun pesantren berdiri, santri mulai berdatangan dari berbagai daerah diantaranya sekitarCikalong, Karawang, Sumedang dan Garut.
Dengan berdirinya pesantren Al-Islamiyyah Pangersa Kiai mengembangkan pendidikan pesntren dengan yayasan Al Huda pada tahun 1980-an. Sebelumnya pada tahun 1975 kiai Mendirikan yayasan Al-Huda Madrasah Tsanawiyah Cikalong dan ikut membangun sekolah SMA Cikalong SMK Cikalong kemudian mendirikan Aliyah Al-Huda sampai sekarang. Dan yang bertahan adalah Aliyah Al-Huda. Sedang Mts sudah menjadi negri.
Pondok Ini dinamakan Pesantren Al-Islamiyyah karena memiliki 3 makna atau 3 cita-cita. Pertama, sebagai doa semoga Islam teguh, kokoh berkembang dan lestari sampai akhir zaman. Kedua, harapan supaya menjadi kesatuan dan persatuan. Dalam kenyataannya saat ini kalangan umat islam berada pada golongan faham yang bermacam-macam.
Dengan bingkai Islmiyah semoga dapat menjadi pemersatu walaupun berbeda dalam nama organisasi pemahaman, aliran atau madzhab, selama berada dalam dasar Al-Quran dan Al-Hadits, umat islam pada hakikatnya adalah satu dan bersaudara. Dalam kenegaraan disebut bhineka tunggal ika. Adanya perbedaan merupakan rahmat dan keindahan. Ketiga, sebagai Idaman, kehidupan yang Islami sejahtera bahagia lahir dan batin.
Sumber : Skripsi Ahmad Dian Ulumuddin Tahun 2018 : Peran Kepemimpinan KH. Muhammad Ridwan di Pondok Pesantren
Untuk mendapatkan informasi terbaru silahkan bergabung dengan saluran WA kami
Comments